PENENTUAN JENIS KELAMIN
PENENTUAN JENIS KELAMIN - MANUSIA
Manusia memiliki 46 kromosom (22
pasang
autosom dan 1 pasang gonosom)
Kromosom sex
a.Pria = XY
b.Wanita = XX
PENENTUAN JENIS KELAMIN
- SERANGGA
a.Betina memiliki 24 kromosom (22 + XX)
b.Jantan memiliki 23 kromosom (22 + XO)
c.Dimiliki oleh ordo Hemiptera dan Orthoptera
d.Sel gamet yang dihasilkan jantan ada dua macam, yaitu X dan O
PENENTUAN JENIS KELAMIN ² UNGGAS
a.Jantan memiliki gonosom ZZ
b.Betina memiliki gonosom ZW
Juga dimiliki oleh kupu-kupu,
ngengat, dan beberapa ikan .
Penentuan Jenis Kelamin (Sex Determination)
Perbedaan jenis kelamin pada suatu makhluk hidup dipengaruhi oleh duafaktor, yaitu
faktor lingkungan dan faktor genetik. Faktor lingkungan
ini biasanya berhubungan dengan keadaan
fisiologis suatu individu terutama mengenai kadar
hormonnya. Apabila kadar hormon tersebut tidak mengalami ketidakseimbangan,maka hal tersebutdapat mempengaruhi
fenotip suatu individu ditinjau dariseksnya. Adapun
faktor genetik berhubungan dengan gen-gen yang
berperan dalam menentukan jenis
kelamin suatu individu dan gen
gen ini letaknya berada pada kromosom.
Ada
berbagai tipe penentuan jenis kelamin yang
nanti akan dibahas satu persatu, yaitu :
1.Tipe XY
Pada
beberapa makhluk hidup antara lain lalat Drosophila
melanogaster dan mammalia termasuk manusia
mengikuti sistem penentuan jenis kelamin
XY. Namun demikian pada Drosophila melanogaster ada
perkecualian, karena sistem penentuan jenis
kelamin pada makhluk
ini sesungguhnya tergantung dari indeks kelamin, sedangkan
pada mammalia termasuk manusia menunjukkan bahwa
individu jantan
mempunyai kromosom kelamin XY
(heterogametik) dan individu betina mempunyai
kromosom kelamin XX (homogametik).
Lalat Drosophila melanogaster
Penelitian
yang dilakukan oleh Bridges menunjukkan bahwa
penentuan jenis kelamin pada lalat Drosophila melanogaster
ditentukan oleh indeks kelamin yang rumusnya adalah sebagai berikut
:
X (banyaknya kromosom-x)
———————————————————
A (banyaknya autosom pada tiap setnya)
Dari penelitian
yang dilakukan oleh Bridges tersebut diketahui
bahwa lalat jantan normal memiliki indeks kelamin 0,50,
sedangkan lalat betina normal mempunyai indeks kelamin 1.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
contoh - contoh di bawah ini :
Tabel 1.
Indeks kelamin
pada lalat Drosophila dan hubungannya dengan
penentuan jenis kelamin
No Formula kromosom Indeks kelamin Jenis kelamin
1.
3 AA XX 2/2 = 1 Betina (fertil)
2.
3 AA XY ½ = 0,5 Jantan (fertil)
3.
3 AA XXX 3/2 = 1,5 Betina Super (steril)
4.
3 AA XXY 2/2 = 1 Betina (fertil)
5.
3 AA XO ½ = 0,5 Jantan (steril)
6.
3 AAA XX 2/3 = 0,67 Interseks (steril)
7.
3 AAA XY 1/3 = 0,33 Jantan super
Dengan mengamati
kelainan pada kromosom yang berpengaruh terhadap
fenotip lalat Drosophila, maka Bridges mengambil
kesimpulan bahwa :
1. jenis kelamin ditentukan oleh indeks kelamin
2. faktor
penentu jenis kelamin betina terdapat pada kromosom
- X, sedangkan faktor penentu jenis kelamin jantan
terdapat pada autosom
3. indeks kelamin > 1,00 atau < 0,50 menghasilakan kelainan pada lalat
Drosophila
4.
indeks kelamin < 1,00 tetapi > 0,50 menghasilkan lalat interseks
Kesimpulan
yang dikemukakan oleh Bridges ini kemudian dikenal
dengan teori keseimbangan tentang seks pada lalat
Drosophila. Adapun kelainan – kelainan yang terjadi
pada lalat Drosophila tersebut diakibatkan
karena adanya peristiwa gagal memisah (non - disjunction)
pada waktu oogenesis.
2. Manusia dan mammalia
Pada hewan
– hewan menyusui (mammalia) termasuk manusia, penentuan
jenis kelaminnya mengikuti sistem XY. Pada individu
jantan atau laki – laki normal mempunyai kromosom
kelamin XY (heterogametik), sedangkan individu betina
atau perempuan normal mempunyai kromosom kelamin XX
(homogametik). Penentuan jenis kelamin ini tergantung
ada tidaknya kromosom kelamin Y, bila tidak ada
kromosom kelamin Y, maka individu tersebut
betina atau perempuan, sedangkan selama ada kromosom
kelamin Y, maka individu tersebut jantan atau laki - laki. Untuk lebih jelasnya
akan dibahas pada bagian di bawah ini.
Khusus pada manusia, formula kromosom individu
laki – laki normal adalah 46, XY ( 46 menunjukkan jumlah
kromosom keseluruhan yang terdiri dari 44 autosom
dan 2 kromosom kelamin, sedangkan XY menunjukkan
seks individu tersebut yaitu laki – laki normal). Individu
laki – laki normal ini tidak memiliki seks. kromatin
atau bersifat seks kromatin negatif. Adapun formula
kromosom individu perempuan normal
adalah 46, XX (46 menunjukkan jumlah kromosom
keseluruhan yang terdiri dari 44 autosom dan
2 kromosom kelamin, sedangkan XX menunjukkan seks
individu tersebut yaitu perempuan normal). Individu
perempuan normal ini mempunyai satu seks kromatin
atau bersifat seks kromatin
positif. Pada manusia, faktor yang berperan
dalam penentuan jenis kelamin laki - laki disebut
Testis Determining Factor (TDF). Pada awalnya
David Page (1956) dari White Institute for Biomedical
Research mengatakan bahwa yang berperan sebagai TDF
adalah gen ZFY, namun hal tersebut dibantah
oleh Robin Lovel- Badge dan Peter Goodfellow
(1991) yang mengatakan bahwa gen ZFY merupakan gen
yang berperan dalam perkembangan sel - sel sperma,
tetapi tidak berperan dalam penentuan jenis
kelamin laki - laki. Adapun gen yang berperan
sebagai TDF adalah gen SRY (sex determining
region Y). Menurut penelitian yang mereka lakukan
kedua gen ZFY dan gen SRY letaknya berdekatan
pada kromosom kelamin Y.
Gen SRY yang bertindak sebagai TDF inilah
yang akan mengubah gonad menjadi testis, sehingga
suatu individu akan berjenis kelamin laki - laki. Adapun
faktor yang berperan dalam penentuan jenis kelamin
perempuan adalah Ovary Determining Pathway (ODP).
Menurut Eva Eicher dan Linda Washburn yang
berperan sebagai ODP adalah gen Od yang
terletak pada kromosom-X. Gen ini akan mengubah
gonad menjadi ovarium, sehingga suatu individu akan
berjenis kelamin perempuan. Namun demikian ada kalanya dijumpai
individu-individu penderita kelainan genetik yang diakibatkan oleh peristiwa gagal memisah baik pada
oogenesis maupun spermatogenesis. Peristiwa gagal memisah ini dapat
menyebabkan adanya kelainan pada formula kromosom manusia yang berakibat
pada fenotip suatu individu.Apabila peristiwa gagal memisah tersebut terjadi
pada kromosom kelamin, maka kelainan genetik yang terjadi antara lain sebagai
berikut :
a. Perempuan Sindroma Turner (formula kromosom 45, XO)
Kelainan
ini terjadi akibat peristiwa gagal memisah kromosom
kelamin pada saat oogenesis maupun
spermatogenesis. Individu ini tidak mempunyai seks
kromatin. Ciri ciri penderita ini yaitu tubuhnya pendek (sekitar 130 cm),
lehernya pendek dan disamping leher terdapat suatu lipatan
yang mudah ditarik kesamping dan memiliki dada yang lebar. Sifat seksual sekunder tidak tumbuh
dengan sempurna, tidak haid, steril, dan memiliki IQ di bawah rata-rata.
b. Laki-laki Sindroma Klinefelter (formula kromosom 47, XXY)
Kelainan ini
terjadi akibat peristiwa gagal memisah kromosom
kelamin pada saat oogenesis maupun
spermatogenesis. Individu ini mempunyai satu seks
kromatin. Ciri - ciri penderita ini yaitu kaki
dan lengan kelihatan panjang, sehingga tubuhnya tampak
tinggi. Setelah dewasa, organ sekunder penderita ini
akan tumbuh yaitu payudara membesar tetapi testis mengecil. Penderita ini
memiliki dada yang sempit dan pinggul yang besar seperti pada wanita normal,
steril, dan IQ di bawah rata-rata.
c. Perempuan XXX (Formula kromosom 47, XXX)
Kelainan
ini terjadi akibat peristiwa gagal memisah
kromosom kelamin pada saat oogenesis. Individu ini
mempunyai dua seks kromatin. Umumnya penderita ini hidupnya
tidak lama dan meninggal pada masa kanak -
kanak, karena banyak bagian bagian
tubuhnya yang tidak sempurna perkembangannya. Selain
itu alat genitalia internal penderita ini
mengalami kemunduran. Selain peristiwa gagal memisah
pada kromosom kelamin seperti contoh - contoh di
atas yang mempengaruhi jenis kelamin suatu individu,
peristiwa gagal memisah dapat pula terjadi pada autosom, salah satu contohnya adalah
Sindroma Down. Kelainan ini terjadi akibat peristiwa
gagal memisah pada saat
oogenesis. Oleh karena autosom terdapat baik pada individu laki-laki maupun
perempuan, maka penderita Sindroma Down dapat dijumpai
pada individu laki - laki maupun perempuan.
Formula kromosom penderita Sindroma Down laki-laki adalah 47
, XY, +21 dan pada perempuan adalah 47,
XX, +21. Adapun ciri-ciri penderita Sindroma Down antara
lain tubuh pendek, muka bulat, kelopak mata
ada lipatan epikantus seperti orang oriental, lidah besar
dan beralur, gigi tidak teratur, hidung lebar dan rata,
telapak tangan terdapat sebuah garis horizontal, umumnya
mempunyai penyakit jantung dan tidak resisten
terhadap penyakit, dan IQ di bawah rata-rata.
3. Tumbuhan berumah dua (dioesis)
Umumnya suatu
tumbuhan mempunyai bunga dengan benang sari (alat
kelamin jantan) dan putik (alat kelamin betina). Namun demikian ada pula
tumbuhan yang bunganya hanya terdapat benang
sari saja tanpa putik maupun bunga yang hanya
terdapat putik saja tanpa benang sari. Tumbuhan yang
demikian dapat dibedakan jenis kelaminnya. Tumbuhan yang mempunyai bunga
dengan putik saja adalah tumbuhan betina (XX), sedangkan tumbuhan yang
mempunyai bunga dengan benang sari saja adalah tumbuhan jantan (XY).
a. Tipe XO
Salah satu contoh makhluk hidup yang mengikuti sistem penentuan jenis
kelamin XO adalah belalang. Belalang jantan normal
mempunyai sistem kelamin XO (hanya memiliki sebuah kromosom
- X saja) dan bersifat fertil, sedangkan belalang
betina normal memilki sistem kelamin XX. Sistem kelamin XO juga
dijumpai pada lalat Drosophila jantan (steril) dan manusia (Sindroma Turner).
b. Tipe ZW
Pada beberapa jenis burung, kupu-kupu, ikan, dan reptilia mempunyai
sistem kelamin yang merupakan kebalikan dari
sistem XY. Pada makhluk makhluk tersebut yang jantan
bersifat homogametik, sedangkan yang betina bersifat heterogametik.
Untuk memudahkan perbedaannya dengan sistem kelamin
XY, maka simbol yang digunakan adalah ZZ dan ZW. Dengan demikian
individu jantan memiliki sistem kelamin ZZ, sedangkan individu betina memiliki
sistem kelamin ZW. Pada beberapa pustaka menyatakan bahwa ayam juga
mengikuti sistem ZW, namun ada pustaka lain
yang mengatakan bahwa sistem kelamin pada ayam
mengikuti sistem ZO.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar